Frustrasi, Tentara Israel Cerita Alami Gangguan Mental Akibat Perang di Gaza

Tentara Israel Alami Gangguan Mental karena Perang Gaza

Luka Perang Tak Hanya Dialami Warga Sipil

Tentara Israel Cerita Alami Gangguan Mental Akibat Perang di Gaza, Konflik Gaza membawa dampak psikologis yang luas. Tak hanya warga Palestina yang menderita, namun juga para prajurit Israel. Meski memiliki kekuatan militer besar, banyak tentara Israel mengalami gangguan mental setelah bertugas di Gaza.

Laporan dari media lokal dan organisasi hak asasi menunjukkan lonjakan kasus trauma dan stres pasca perang. Tentara mulai mencari bantuan profesional untuk menangani kecemasan, insomnia, hingga depresi berat.


Pengakuan Langsung dari Barak, Tentara Aktif

Seorang prajurit dengan nama samaran Barak menceritakan pengalamannya. Ia menyebut dirinya tidak lagi bisa tidur tenang.

“Setiap kali saya memejamkan mata, saya melihat darah dan reruntuhan. Saya kehilangan arah.”

Barak juga mengaku mempertanyakan tujuannya bertugas. Ia merasa bersalah setelah melihat korban sipil, terutama anak-anak.


Dari Medan Perang ke Rumah: Tekanan Tidak Hilang

Setelah kembali ke rumah, para tentara tidak langsung tenang. Sebaliknya, banyak dari mereka justru membawa pulang beban emosi. Mereka merasa terasing, mudah marah, dan menarik diri dari keluarga.

Situasi ini memengaruhi hubungan rumah tangga dan kehidupan sosial. Banyak prajurit merasa tak lagi bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan normal,Tentara Israel Cerita Alami Gangguan Mental.


IDF Akui Lonjakan Konseling Psikologis

Laporan dari militer Israel (IDF) menunjukkan peningkatan tajam pada permintaan terapi. Konsultasi psikologis naik lebih dari 70% sejak konflik kembali meletus.

Keluhan umum yang muncul antara lain:

  • Sulit tidur
  • Cemas berlebihan
  • Menolak kembali ke medan perang
  • Terjebak dalam ingatan traumatis

Beberapa pusat rehabilitasi mental bahkan kewalahan menerima pasien.

Baca Juga : Ancaman Terbaru Iran: Serangan ke Israel Akan Dilanjutkan?


Pendapat Pakar Psikologi dan Kritik Publik

Psikolog Tel Aviv, Dr. Yael Shalev, menyebut trauma ini sebagai “kerusakan jiwa jangka panjang”. Ia menilai tekanan mental dalam perang modern sangat dalam dan kompleks.

“Tentara melihat kematian setiap hari. Mereka kadang ikut melakukan sesuatu yang melukai hati nurani mereka.”

Masyarakat pun mulai mengkritik kebijakan militer. Banyak yang menilai, konflik ini hanya memperpanjang siklus kekerasan dan trauma.


Penutup: Trauma Perang Tak Mengenal Pihak

Gangguan mental akibat perang tak pandang bulu. Baik di pihak sipil maupun militer, dampaknya sama-sama menghancurkan.

Pengakuan para tentara Israel memperlihatkan bahwa perang tidak pernah benar-benar dimenangkan. Selama kekerasan terus dipilih, luka emosional akan terus tercipta di kedua sisi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *