Vatikan – Yerusalem, Juli 2025 — Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Leo XIV, menyuarakan keprihatinan keras terhadap serangan Israel yang menghantam kompleks gereja kuno di Jalur Gaza. Namun, pernyataan itu justru ditanggapi tidak biasa oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang mengucapkan terima kasih atas pernyataan tersebut—membuka babak baru kontroversi dalam diplomasi moral dan politik internasional.
Paus Leo XIV: “Gereja Adalah Rumah Damai, Bukan Sasaran Serangan”
Dalam homili mingguan di Lapangan Santo Petrus, Paus Leo XIV menyinggung tragedi yang menimpa Gereja St. Porphyrius di Gaza, tempat warga sipil Palestina berlindung dari serangan udara.
“Rumah Tuhan, entah gereja, masjid, atau sinagoga, adalah tempat damai, bukan sasaran serangan. Menyerang tempat ibadah berarti menyerang kemanusiaan itu sendiri,” ujar Paus Leo XIV dengan nada tegas.
Pernyataan ini menjadi sikap publik pertama dari Paus Leo XIV terhadap konflik Israel–Palestina sejak terpilih pada awal 2025.
Baca Juga : Kebijakan Impor Trump vs ASEAN: Siapa Paling Terdampak?
🇮🇱 Netanyahu: “Terima Kasih atas Klarifikasinya, Paus”
Tak lama setelah pernyataan tersebut, PM Benjamin Netanyahu merespons melalui media sosial dengan nada yang mengejutkan sebagian pihak.
“Kami berterima kasih kepada Paus Leo XIV atas perhatian moralnya terhadap konflik ini. Israel tidak pernah menargetkan tempat suci secara sengaja,” tulis Netanyahu.
“Sayangnya, organisasi teroris seperti Hamas terus menggunakan tempat ibadah sebagai tameng.”
Banyak pihak menilai respons Netanyahu sebagai upaya mengalihkan kritik menjadi justifikasi serangan, dengan menyisipkan narasi bahwa Hamas yang bertanggung jawab atas kerusakan tersebut, bukan militer Israel.
Kronologi Serangan ke Gereja Gaza
Gereja St. Porphyrius—yang di bangun pada abad ke-5 Masehi—terletak di jantung Kota Gaza. Pada minggu lalu, sebuah serangan udara Israel menghantam kompleks sekitar gereja, menyebabkan kerusakan berat pada bangunan dan menewaskan setidaknya 10 orang, sebagian besar adalah warga yang mengungsi di dalamnya.
Militer Israel menyatakan targetnya adalah “pusat komando Hamas,” namun tidak menyangkal bahwa bangunan keagamaan turut terdampak.
Reaksi Dunia Internasional
Pernyataan Paus Leo XIV mengundang gelombang respons dari berbagai penjuru dunia:
- Patriark Yerusalem menyebut insiden ini sebagai “titik terendah dalam penghormatan terhadap tempat suci.”
- Uni Eropa dan PBB menyerukan penyelidikan internasional independen atas serangan tersebut.
- Beberapa pemimpin Muslim dan Kristen Timur Tengah menyatakan solidaritas atas kerusakan simbol keagamaan yang telah berdiri selama 1.500 tahun itu.
Perspektif Hukum Internasional
Dalam hukum humaniter internasional, tempat ibadah dilindungi secara khusus, kecuali jika terbukti di gunakan untuk tujuan militer. Namun, dalam semua kondisi, penyerang tetap wajib meminimalkan kerusakan dan menghindari korban sipil.
Penggunaan senjata berat di sekitar zona sipil atau bangunan bersejarah seperti gereja menimbulkan pertanyaan etis dan legal—yang kini tengah di awasi dunia internasional.
Kesimpulan
Paus Leo XIV mengambil sikap moral yang tegas: rumah ibadah adalah garis merah dalam konflik kemanusiaan. Namun, tanggapan Netanyahu justru memutarbalikkan kritik itu menjadi bentuk pembenaran, sekaligus menyiratkan narasi politik yang rumit.
Kejadian ini menunjukkan bahwa dalam konflik modern, bahkan seruan moral dari tokoh agama tertinggi bisa di manipulasi sebagai alat politik. Dunia kini menanti, apakah tekanan diplomatik dan suara moral akan cukup kuat untuk melindungi kemanusiaan di tengah reruntuhan Gaza.