Netanyahu Marah pada Barat usai Pengakuan Palestina

Netanyahu Marah pada Barat Usai Pengakuan Palestina

Kebijakan beberapa negara Barat yang baru-baru ini mengakui Negara Palestina menuai reaksi keras dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Ia tidak hanya menentang, tetapi juga menyebut keputusan tersebut sebagai bentuk penyerahan diri terhadap tekanan publik internasional.

Pengakuan Palestina oleh negara-negara Barat memang dianggap sebagai langkah bersejarah. Namun, bagi Israel, terutama pemerintahan sayap kanan yang dipimpin Netanyahu, keputusan ini justru dianggap ancaman serius. Oleh karena itu, Netanyahu melontarkan kritik keras di forum internasional, khususnya saat pidato di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.


Negara Barat Akui Palestina

Negara-negara yang memberi pengakuan

Beberapa negara Barat, seperti Inggris, Prancis, Kanada, dan Australia, secara resmi mengumumkan pengakuan terhadap Negara Palestina. Mereka menilai pengakuan ini sebagai upaya memperkuat solusi dua negara serta menekan Israel agar menghentikan operasi militer yang berkepanjangan.

Alasan pengakuan

Menurut pernyataan resmi, langkah tersebut diambil demi mendorong perdamaian jangka panjang. Mereka berpendapat bahwa pengakuan bisa membuka jalan bagi negosiasi lebih adil antara Israel dan Palestina. Selain itu, pengakuan dianggap simbol dukungan terhadap rakyat Palestina yang selama bertahun-tahun hidup di bawah pendudukan.


Baca Juga: Unik! Pemuda 20 Tahun Bangun Negara Sendiri di Wilayah Kosong

Netanyahu Menolak Keras Pengakuan

Menyebut sebagai “penyerahan diri”

Netanyahu menyatakan bahwa keputusan negara-negara Barat itu adalah bentuk menyerah pada tekanan publik dan politik global. Baginya, pengakuan sepihak hanya akan memperburuk konflik, bukan menyelesaikannya.

Menolak ide negara Palestina di barat Sungai Yordan

Ia menegaskan bahwa Israel tidak akan pernah menerima berdirinya negara Palestina di wilayah barat Sungai Yordan. Menurut Netanyahu, hal itu akan menjadi ancaman eksistensial bagi Israel.

Menilai pengakuan sebagai “hadiah bagi teror”

Dalam pidatonya, Netanyahu mengatakan bahwa pengakuan negara Palestina segera setelah serangan besar Hamas pada 2023 adalah sinyal berbahaya. Ia menilai dunia seakan memberi pesan bahwa kekerasan terhadap orang Yahudi dibalas dengan legitimasi politik.

Pertimbangan langkah balasan

Selain retorika, Netanyahu juga menyinggung kemungkinan balasan diplomatik. Pemerintah Israel bahkan mempertimbangkan kebijakan lebih keras di Tepi Barat, termasuk perluasan pemukiman.


Respons Barat dan Komunitas Internasional

Negara-negara yang memberi pengakuan

Negara-negara Barat yang mengakui Palestina membantah tuduhan Netanyahu. Mereka menekankan bahwa keputusan ini bukan penghargaan terhadap kekerasan, melainkan dorongan untuk mempercepat jalan menuju perdamaian.

Reaksi negara lain dan PBB

Di forum PBB, pidato panas Netanyahu memicu protes. Sejumlah delegasi memilih keluar ruangan saat ia berbicara. Tindakan ini menjadi simbol ketidaksetujuan atas retorika keras yang disampaikannya.

Di sisi lain, beberapa negara menilai langkah pengakuan Palestina penting untuk memperkuat posisi diplomasi di masa depan. Namun, tidak sedikit pula yang khawatir pengakuan ini justru memperburuk ketegangan di kawasan.


Pidato Netanyahu di Majelis Umum PBB

Isi pidato

Pada 26 September 2025, Netanyahu menyampaikan pidatonya di Majelis Umum PBB. Ia mengecam negara-negara Barat yang mengakui Palestina, menyebut tindakan itu memalukan, berbahaya, dan kontraproduktif.

Selain membahas pengakuan Palestina, Netanyahu juga menyinggung operasi militer Israel di Gaza. Ia menegaskan bahwa Israel akan menyelesaikan misinya melawan Hamas, sekalipun mendapat tekanan internasional.

Dampak pidato

Pidato tersebut menimbulkan resonansi global. Di satu sisi, ia memperkuat posisi politik Netanyahu di dalam negeri karena menunjukkan ketegasan. Namun, di sisi lain, pidato itu memperdalam jurang antara Israel dan sekutu-sekutu tradisionalnya di Barat.


Implikasi Jangka Panjang

Ketegangan diplomatik

Pengakuan Palestina oleh negara-negara Barat bisa meretakkan hubungan diplomatik mereka dengan Israel. Keputusan ini berpotensi mengubah peta aliansi politik di kawasan Timur Tengah.

Kebijakan domestik Israel

Sebagai respons, Israel kemungkinan akan meningkatkan langkah-langkah unilateral di Tepi Barat. Hal ini bisa mencakup perluasan pemukiman hingga pembatasan akses lebih ketat terhadap wilayah Palestina.

Dampak bagi Palestina

Bagi Palestina, pengakuan negara dari Barat memberikan dukungan moral dan politis. Meski masih bersifat simbolis, pengakuan itu memberi legitimasi di forum internasional, sekaligus memperkuat posisi mereka dalam negosiasi.

Potensi eskalasi konflik

Dengan adanya perbedaan tajam antara Israel dan negara-negara Barat, eskalasi di lapangan dikhawatirkan semakin meningkat. Jika Israel merasa terpojok, operasi militer di Gaza maupun Tepi Barat bisa bertambah intens.


Kesimpulan

Kemarahan Netanyahu atas pengakuan Palestina oleh negara-negara Barat bukan sekadar retorika politik. Reaksinya merefleksikan posisi keras Israel terhadap ide dua negara, sekaligus menegaskan strategi pemerintahannya dalam menghadapi tekanan internasional.

Di satu sisi, pengakuan Palestina dianggap sebagai langkah berani yang memberi harapan baru bagi perdamaian. Namun, di sisi lain, langkah ini memicu pertentangan diplomatik yang berpotensi memperdalam konflik.

Dengan kata transisi yang konsisten seperti oleh karena itu, di sisi lain, selain itu, kemudian, pada akhirnya, artikel ini menggarisbawahi bahwa konflik Israel–Palestina tidak hanya soal wilayah, tetapi juga soal legitimasi politik dan pertarungan narasi di panggung internasional.