Israel kembali meluncurkan serangan udara ke Lebanon pada Kamis dini hari.
Serangan tersebut secara khusus menyasar fasilitas produksi rudal milik kelompok Hizbullah.
Menurut pernyataan resmi militer Israel, mereka menargetkan lokasi yang dianggap strategis.
Beberapa di antaranya adalah pabrik rudal, gudang senjata, dan jalur distribusi logistik militer.
Selain itu, jet tempur Israel dikabarkan melintasi perbatasan dan menjatuhkan bom presisi tinggi.
Gempuran tersebut menyebabkan ledakan besar di sejumlah titik wilayah selatan Lebanon.
Tujuan Serangan: Melemahkan Hizbullah
Hizbullah di anggap sebagai ancaman utama di perbatasan utara Israel.
Organisasi itu di tuduh terus membangun kekuatan rudal dan drone bersenjata.
Oleh karena itu, Israel mengklaim bahwa langkah ini adalah bentuk pencegahan.
Mereka ingin menggagalkan rencana Hizbullah sebelum menjadi ancaman yang lebih besar.
Lebih lanjut, Israel menyatakan bahwa operasi ini di lakukan berdasarkan intelijen yang sangat akurat.
Beberapa target bahkan telah dipantau selama berminggu-minggu.
Baca Juga : Mesir Salurkan Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Lewat Jalur Udara
Ketegangan Memanas di Timur Tengah
Ketegangan antara Israel dan Lebanon meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir.
Kontak senjata dan peluncuran roket dari kedua sisi sudah terjadi beberapa kali.
Bahkan, beberapa wilayah perbatasan telah di kosongkan demi keamanan warga sipil.
Warga Lebanon juga di laporkan mulai mengungsi ke wilayah yang lebih aman.
Sementara itu, masyarakat internasional mulai angkat suara.
PBB dan sejumlah negara menyerukan deeskalasi dan dialog damai.
Risiko Konflik Skala Besar
Serangan ini memperlihatkan potensi konflik regional yang lebih luas.
Jika tidak di tangani dengan di plomasi, ketegangan dapat berubah menjadi perang terbuka.
Dengan demikian, dunia kini memantau situasi dengan sangat serius.
Negosiasi dan tekanan diplomatik di nilai sebagai langkah penting untuk mencegah eskalasi.