Situasi politik di Thailand kembali memanas, Warga Tuntut Paetongtarn Mundur. Ribuan warga turun ke jalan dalam unjuk rasa besar-besaran pada akhir pekan. Mereka menuntut Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra untuk segera mundur dari jabatannya. Aksi ini menjadi yang terbesar sejak awal tahun.
Demonstrasi berpusat di Bangkok, namun aksi serupa juga terjadi di Chiang Mai dan Khon Kaen. Para demonstran membawa spanduk, menyuarakan kekecewaan terhadap janji kampanye yang belum terpenuhi.
Tuntutan: Reformasi dan Transparansi
Warga menilai pemerintahan Paetongtarn gagal memenuhi harapan publik. Harga bahan pokok terus naik. Lapangan kerja belum membaik. Selain itu, dugaan korupsi di lingkaran kekuasaan memperburuk kepercayaan masyarakat.
“Kami ingin pemimpin yang berpihak pada rakyat, bukan pada keluarga elite politik,” kata salah satu orator.
Mereka menuntut reformasi politik dan audit independen atas penggunaan anggaran negara. Tuntutan mundur pun makin keras terdengar di tengah massa Warga Tuntut Paetongtarn Mundur.
Paetongtarn Masih Bungkam
Hingga kini, Paetongtarn Shinawatra belum memberikan tanggapan langsung. Namun, juru bicara pemerintah meminta masyarakat tetap tenang dan menghormati proses hukum.
Transisi penting: Ketidakjelasan respons pemerintah justru membuat kemarahan publik makin membara.
Beberapa analis politik menyebut bahwa sikap diam ini bisa jadi bumerang. Apalagi, tingkat kepuasan publik terhadap pemerintah terus menurun dalam survei terbaru.
Baca Juga : Lautan Massa Iringi Pemakaman Komandan Militer dan Ilmuwan Nuklir Iran
Polisi Jaga Ketat, Demonstrasi Tetap Damai
Meski terjadi di beberapa kota besar, aksi protes berjalan damai. Pihak kepolisian dikerahkan dalam jumlah besar untuk mengamankan lokasi. Namun, tidak ada laporan bentrokan besar hingga saat ini.
Organisasi HAM memuji ketertiban massa dan mendorong aparat tetap menahan diri. Sementara itu, media sosial dipenuhi video dan foto aksi solidaritas dari berbagai kalangan.
Dampak Politik dan Ekonomi
Kondisi ini membuat investor asing mulai waspada. Nilai tukar Baht terhadap Dolar AS melemah 1,2% dalam seminggu terakhir. Beberapa bisnis mulai menahan ekspansi.
Di sisi lain, para pengamat politik menilai gelombang protes ini bisa mendorong perubahan besar. Jika pemerintah gagal meredam keresahan, krisis kepercayaan bisa berubah menjadi krisis konstitusi.
Penutup: Thailand di Persimpangan Jalan
Thailand kini berada di titik genting. Gelombang protes yang terjadi bukan sekadar luapan emosi sesaat. Sebaliknya, ini adalah akumulasi dari kekecewaan yang terus dibiarkan.
Jika Paetongtarn tidak segera merespons, tekanan rakyat bisa berubah menjadi desakan politik yang lebih serius. Saat ini, seluruh dunia menyaksikan ke mana arah demokrasi Thailand akan melangkah.