Rusia kembali menghadapi guncangan besar di tengah konflik berkepanjangan dengan Ukraina. Beberapa wilayah di bagian barat dan selatan Rusia dilaporkan mengalami pemadaman listrik massal setelah serangan balasan menggunakan drone kamikaze dari Ukraina menghantam infrastruktur energi utama.
Insiden ini menjadi salah satu serangan paling signifikan terhadap jaringan energi Rusia sejak awal 2025, memperlihatkan eskalasi baru dalam strategi perang jarak jauh yang kini mengandalkan teknologi drone bersenjata canggih.
Kronologi Serangan Drone
Menurut laporan resmi pemerintah Rusia, serangan terjadi pada dini hari waktu setempat. Puluhan drone meluncur ke arah fasilitas energi di wilayah Belgorod, Kursk, dan Bryansk, tiga daerah yang berbatasan langsung dengan Ukraina.
Beberapa drone berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Rusia. Namun, sebagian lainnya berhasil menembus dan menghantam gardu listrik serta pembangkit tenaga di sekitar perbatasan.
Kementerian Energi Rusia menyebut bahwa akibat serangan tersebut, lebih dari 200 ribu pelanggan mengalami pemadaman listrik mendadak. Gangguan juga dilaporkan memengaruhi sistem kereta api, pabrik industri, dan jaringan komunikasi lokal.
Pihak Ukraina tidak secara resmi mengonfirmasi keterlibatan langsung dalam serangan itu, tetapi pejabat militer di Kyiv menyebut operasi drone tersebut merupakan bagian dari “respons terhadap serangan Rusia di wilayah timur Ukraina.”
Dampak Terhadap Wilayah Rusia
Serangan balasan ini menyebabkan gangguan besar di beberapa sektor penting Rusia. Berdasarkan data awal dari media nasional Rusia, wilayah paling terdampak meliputi:
- Belgorod – Sebagian besar jaringan listrik padam selama lebih dari 8 jam.
- Kursk – Gardu listrik utama mengalami kerusakan parah akibat ledakan.
- Bryansk – Beberapa area industri terhenti karena suplai energi terputus.
Selain itu, beberapa kota kecil di sekitar wilayah tersebut mengalami pemadaman total hingga 24 jam sebelum sistem cadangan dapat diaktifkan. Warga dilaporkan terpaksa menggunakan generator pribadi dan lilin untuk penerangan sementara.
Respons Pemerintah Rusia
Pemerintah Rusia segera menuduh Ukraina melakukan “tindakan terorisme energi.” Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa sistem pertahanan udara berhasil menembak jatuh 47 drone Ukraina, namun mengakui adanya “kerusakan lokal” pada beberapa instalasi energi.
Presiden Vladimir Putin dikabarkan langsung menggelar rapat darurat dengan Dewan Keamanan Nasional. Dalam pernyataan resminya, Putin menegaskan bahwa Rusia akan memberikan balasan proporsional terhadap serangan tersebut.
“Serangan terhadap infrastruktur sipil adalah tindakan pengecut. Kami tidak akan tinggal diam,” ujar Putin dalam pernyataan singkat yang disiarkan televisi nasional.
Sementara itu, otoritas lokal mulai mengevakuasi beberapa warga di sekitar fasilitas energi yang terdampak untuk menghindari potensi ledakan lanjutan.
Reaksi Ukraina dan Dunia Internasional
Pemerintah Ukraina sendiri tidak memberikan komentar langsung, namun beberapa pejabat tinggi menekankan bahwa serangan drone adalah bagian dari upaya mempertahankan diri.
Salah satu penasihat Presiden Volodymyr Zelensky menyebut bahwa Rusia telah berbulan-bulan menyerang infrastruktur listrik Ukraina selama musim dingin, dan kini “mereka merasakan sendiri dampaknya.”
Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, menyerukan penurunan eskalasi konflik dan memperingatkan risiko meluasnya perang jika kedua belah pihak terus menyerang infrastruktur vital.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui juru bicara resminya juga meminta kedua negara menghormati hukum internasional dan menghindari tindakan yang memperburuk penderitaan warga sipil.
Eskalasi Serangan Drone di Kawasan
Serangan drone telah menjadi bagian penting dari strategi perang modern antara Rusia dan Ukraina. Sejak awal 2024, Ukraina meningkatkan kemampuan militernya dalam bidang teknologi drone, dengan dukungan teknis dari negara-negara Barat.
Drone kamikaze — pesawat tanpa awak yang membawa bahan peledak dan meledak di sasaran — kini menjadi senjata efektif untuk menyerang jauh ke dalam wilayah musuh.
Menurut analis militer internasional, keberhasilan Ukraina menembus sistem pertahanan Rusia menunjukkan perubahan signifikan dalam medan perang, di mana kekuatan teknologi dan strategi intelijen menjadi faktor penentu.
“Serangan terhadap infrastruktur energi adalah bagian dari perang psikologis dan logistik. Ukraina ingin menunjukkan bahwa Rusia tidak sepenuhnya aman di wilayahnya sendiri,” jelas seorang pakar keamanan Eropa Timur.
Krisis Energi dan Dampak Ekonomi
Pemadaman listrik massal di beberapa wilayah Rusia menimbulkan kekhawatiran akan stabilitas sistem energi nasional. Beberapa pabrik industri dilaporkan menghentikan produksi sementara karena gangguan pasokan listrik.
Selain itu, sistem transportasi kereta api mengalami keterlambatan panjang karena sinyal dan rel listrik terganggu. Situasi ini berpotensi menekan rantai pasok nasional Rusia yang sudah tertekan akibat sanksi ekonomi dari Barat.
Para ekonom menilai, serangan ini dapat menambah beban biaya logistik dan perbaikan infrastruktur energi, yang sebelumnya sudah rusak akibat cuaca ekstrem dan kurangnya peralatan impor.
Dampak pada Warga Sipil
Selain dampak ekonomi, insiden ini juga memengaruhi kehidupan sehari-hari warga di wilayah perbatasan.
Beberapa laporan menyebut bahwa rumah sakit harus mengandalkan generator cadangan untuk menjaga peralatan medis tetap berfungsi. Warga juga mengeluhkan kesulitan memperoleh air bersih karena pompa air berhenti bekerja.
Meski tidak ada laporan korban jiwa, beberapa warga mengalami cedera ringan akibat puing ledakan drone. Petugas darurat masih bekerja membersihkan lokasi dan memperbaiki jaringan listrik utama.
Sementara itu, banyak keluarga memilih mengungsi ke daerah yang lebih aman. Media lokal menayangkan gambar jalanan yang gelap gulita dan warga yang menyalakan lilin di rumah-rumah mereka.
Perbandingan dengan Serangan Sebelumnya
Serangan drone terhadap infrastruktur energi Rusia bukan hal baru. Pada pertengahan 2024, Ukraina juga sempat meluncurkan operasi serupa yang menargetkan kilang minyak di wilayah Bryansk. Namun kali ini, skalanya jauh lebih besar dan dampaknya terasa hingga ke jaringan listrik sipil.
Perbedaan utama dari serangan tahun ini adalah koordinasi yang lebih baik dan jumlah drone yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan tempur Ukraina dalam operasi jarak jauh meningkat pesat.
Di sisi lain, sistem pertahanan Rusia tampaknya masih berjuang menyesuaikan diri terhadap teknologi drone kecil yang sulit dideteksi radar.
Analisis Geopolitik: Simbol Perubahan Strategi
Banyak pengamat internasional menilai bahwa serangan ini menandai perubahan strategi militer Ukraina. Jika sebelumnya fokus utama adalah mempertahankan wilayah timur seperti Donetsk dan Luhansk, kini Kyiv mulai menyerang titik-titik vital di dalam wilayah Rusia untuk melemahkan moral dan kemampuan logistik Moskow.
Namun, langkah ini juga mengundang risiko tinggi, karena Rusia bisa saja membalas dengan kekuatan penuh terhadap infrastruktur sipil Ukraina.
Uni Eropa dan NATO menyatakan keprihatinan atas eskalasi ini, tetapi juga menegaskan hak Ukraina untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia yang terus berlangsung.
Baca Juga: Prabowo Sebut Palestina Berpeluang Dapat Dukungan Usai Sidang PBB
Upaya Pemulihan dan Reaksi Pasar Energi
Kementerian Energi Rusia segera membentuk tim darurat untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Hingga laporan terakhir, sekitar 60% wilayah yang terdampak telah berhasil dipulihkan. Namun, beberapa gardu masih belum bisa dioperasikan sepenuhnya karena kerusakan parah.
Di sisi lain, harga minyak global naik tipis setelah berita serangan ini menyebar. Investor khawatir konflik tersebut bisa mengganggu pasokan energi dari Rusia, salah satu produsen minyak dan gas terbesar dunia.
Negara-negara pengimpor utama seperti Tiongkok dan India dikabarkan memantau situasi dengan cermat karena gangguan pasokan energi Rusia dapat berdampak langsung pada ekonomi global.
Penutup
Serangan drone Ukraina yang menyebabkan pemadaman listrik massal di Rusia menunjukkan bagaimana perang modern kini tidak hanya terjadi di medan tempur, tetapi juga di ranah teknologi dan infrastruktur vital.
Insiden ini menyoroti rapuhnya sistem energi di kawasan konflik dan membuka babak baru dalam strategi militer berbasis teknologi otonom.
Bagi warga sipil di kedua negara, dampaknya tetap sama — ketidakpastian, kehilangan, dan ketakutan akan serangan berikutnya. Sementara dunia terus menyerukan deeskalasi, konflik antara Rusia dan Ukraina kini semakin jauh dari kata damai.