Kisah Langka dalam Sejarah Diplomatik
PM Israel Pernah Menunggu Soeharto, Dalam dunia diplomasi, waktu adalah hal penting. Tapi ada satu momen unik yang melibatkan Indonesia dan Israel. Seorang Perdana Menteri Israel harus menunggu pertemuan dengan Presiden RI Soeharto.
Peristiwa ini menjadi bukti bagaimana Indonesia memosisikan diri dengan tegas di dunia internasional. Terutama dalam isu sensitif seperti Timur Tengah.
Siapa Perdana Menteri Israel Itu?
Tokoh yang dimaksud adalah Yitzhak Rabin. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri Israel dalam dua periode: 1974–1977 dan 1992–1995. Rabin dikenal sebagai tokoh perdamaian. Ia terlibat langsung dalam Perjanjian Oslo dengan Palestina.
Meski dikenal moderat, hubungan resmi antara Israel dan Indonesia tetap tidak terbentuk. Indonesia berpegang pada prinsip mendukung kemerdekaan Palestina.
Baca Juga :
Pertemuan Tak Resmi tapi Bermakna
Pertemuan antara Rabin dan Soeharto terjadi secara tertutup pada 1993. Rabin melakukan kunjungan tidak resmi ke Jakarta. Dalam peristiwa itu, ia dilaporkan dibuat menunggu sebelum diterima oleh Soeharto.
Tindakan ini dianggap sebagai sinyal politik. Indonesia ingin menegaskan bahwa pendekatan terhadap Israel tetap hati-hati. Bahkan dalam konteks diplomasi yang sangat terbatas.
🇮🇩 Sikap Tegas Soeharto
Soeharto di kenal sangat berhati-hati dalam isu Palestina. Sebagai pemimpin negara Muslim terbesar, ia tidak ingin kehilangan kepercayaan dari dunia Islam.
Meski ada upaya dari Israel untuk membangun relasi, Indonesia menolak hubungan resmi. Alasannya jelas: kemerdekaan Palestina harus lebih dulu di wujudkan.
Tujuan Israel ke Asia Tenggara
Kunjungan Rabin ke Jakarta di nilai sebagai bagian dari strategi global Israel. Mereka ingin memperluas hubungan di Asia, terutama dengan negara besar seperti Indonesia.
Namun, diplomasi Soeharto tetap konsisten. Ia membuka komunikasi, tetapi tidak memberi legitimasi secara formal.
Menunggu yang Penuh Makna
Membuat Rabin menunggu bukan sekadar soal jadwal. Itu adalah bentuk simbolik dari posisi Indonesia. Negara ini tak bisa di tekan oleh kekuatan asing, bahkan oleh pemimpin negara besar seperti Israel.
Tindakan ini menunjukkan kedaulatan dan prinsip Indonesia dalam menjaga arah politik luar negerinya.
Kesimpulan: Diplomasi Indonesia yang Kuat dan Tegas
Kisah ini menjadi pengingat bahwa diplomasi Indonesia di masa Soeharto sangat berprinsip. Meski ada tekanan atau rayuan dari negara lain, Indonesia tetap berpihak pada keadilan.
PM Israel dan Soeharto mungkin bertemu. Namun pesan dari Indonesia jauh lebih kuat dari sekadar pertemuan itu sendiri.
Kutipan:
“Menunggu bukan hanya soal waktu, tapi kadang sebuah bentuk ketegasan diplomatik.”